Laman

Kamis, 27 Januari 2011

MAKALAH QOSHOS DALAM AL-QURAN (Kisah-Kisah)

A.    PENDAHULUAN

Al-Qur’an Al-Kariim merupakan kitab petunjuk bagi manusia dalam segala sisi kehidupan (bersifat universal). Dengan maksud memberikan hikmah serta pelajaran (ibrah) kepada manusia untuk kebaikan kehidupan mereka, Allah memberikan begitu banyak kisah -baik kisah dari seseorang atau kaum sebelum zaman Rasulullah saw. maupun kisah seseorang yang melatarbelakangi turunnya ayat Al-Qur’an itu sendiri dalam Al-Qur’an.
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS Yusuf [12] : 111)
Menurut perhitungan para ahli tafsir, bahwa sepertiga dari isi kandungan Al-Qur’an adalah berupa kisah-kisah (qashash) 1

B.    PEMBAHASAN

·        Pengertian Qashash al-Quran
Kata Qashash merupakan bentuk jamak dari kata qishash  yang berarti mengikuti  jejak, pengulangan kembali masa lalu atau cerita. Di dalam alQuran kata qashash memiliki beberapa pengertian yaitu:
1.             www.nuansaislam .com
~ Di dalam QS. Al-Kahfi ayat 64 :  Musa berkata: ”itulah tempat yang kita cari”. Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.
~ Di dalam QS. Al-Qashash ayat 11 : Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan “ikutilah dia”...
~ Di dalam QS. Ali ’Imran ayat 62 : Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tidak ada Tuhan (yang berhak di sembah) selain Allah,...
~ Di dalam QS. Yusuf  ayat 111  : Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal...
Secara terminologis, Qashash adalah kisah-kisah dalam al Quran yang menceriterakan hal ihwal umat-umat terdahulu dan Nabi-nabi mereka serta peristiwa- peristiwa yang telah terjadi, yang sedang terjadi dan yang akan terjadi. 2

·        Macam-macam Qashash al-Quran
Ditinjau dari segi waktu,  Qashash al Quran terbagi menjadi tiga macam kisah. Yaitu:
1.     Kisah masa lampau (al-qashash al-ghuyub al-madhiyyah) contoh : QS. Ali ’Imran : 44;  QS. Hud : 49
2.     Kisah masa kini (al-qashas al-ghuyub al-hadhirah) contoh : QS. Al-Qari”ah : 1-6 ; QS. Al-Naziat  : 1-9 ; QS. Al-Tawbat : 107
3.     Kisah masa datang (al-qashash al-ghuyub al-mustaqbalah) contoh : QS. Al-Fath : 27 ; QS. Al-Maidah : 67


2.             Manna, al-Qathhan,Mabahitsfi ’Ulum Alquran.( Beirut : Muassasah al-Risalah,1994) hal . 305
Ditinjau dari materinya ,  Qashash al Quran juga dibagi menjadi tiga bagian , yaitu:
1.     Kisah para nabi terdahulu. Misalnya kisah nabi Nuh, Ibrahim, Yusuf, Musa, Harun dan sebagainya
2.     Kisah orang-orang yang bukan nabi dan kelompok-kelompok tertentu dengan segala kejadiannya  yang diceritakan al-Quran untuk dijadikan pelajaran. Misalnya kisah Maryam, Thalut, Ya’kut, Ashab al-Kahfi, Lukman al-Hakim dan lain-lain
3.     Kisah tentang peristiwa-peristiwa pada masa Rosullullah. Misalnya tentang perang Badar, perang Uhud, perang Tabuk, Hijrah, Isra dan lain-lain

·        Tujuan Qashash al-Quran
Tujuan Umum dari Qashash al Quran adalah pengambilan pelajaran (’ibrah dan mau’izhah).
Sedangkan tujuan-tujuan nya secara khusus3 adalah: 
1.     Mengungkapkan kemantapan wahyu dan risalah serta mewujudkan rasa puas dalam menerima wahyu bahwa Muhammad  yang ummi telah menyampaikan kisah-kisah tersebut kepada umatnya. (QS. Yusuf : 2-3)
2.     Menjelaskan prinsip dakwah kepada agama Allah dan keterangan pokok-pokok syariat yang dibawa oleh masing-masing Nabi dan Rasul (QS.al-Anbiya : 25)
3.      Menjelaskan bahwa Allah menolong dan mengasihi para Rasul beserta orang-orang yang beriman dan menyelamat -
3.             Drs.Supiana,M.Ag – M.Karman,M.Ag, ULUMUL QURAN. Pustaka Islamika, (Bandung. 2002)Hal. 248
kan mereka dari bencana sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad. (QS. Al-Anbiya : 87-92)
4.     Memantapkan kedudukan kaum Mukminin, menghibur mereka dari kesedihan dan musibah yang menimpa, meneguhkan hati Nabi dan umat yang mengikutinya, membujuk jiwa orang-orang yang diseru al-Quran supaya beriman kepada Allah (QS. Hud :120)
5.     Mengoreksi pendapat para Ahli Kitab yang suka menyembunyikan keterangan-keterangan dan petunjuk kitab sucinya dan membantah dengan argumentasi-argumentasi  yang terdapat dalam kitab sucinya sebelum di ubah oleh mereka sendiri (QS. Ali’Imran : 93)
6.     menunjukkan kebenaran al Quran dan kebenaran kisah-kisahnya, karena segala yang dijelaskan Allah dalam al-Quran benar adanya (QS. al-Kahfi  : 13)
7.     Menanamkan  pendidikan ahlak karimah agar pengkajinya mampu melakukan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk.

·        Pengulangan Kisah dalam al-Quran
Dalam Al-Quran, terkadang satu kisah disebutkan beberapa kali dalam tempat yang berbeda. Bahkan cara menguraikannya pun berbeda-beda, baik dalam mendahulukan dan mengakhirkan (taqdim dan takhir), maupun dalam hal singkat (i'jaz) dan panjang lebar (ithnab). Tentu saja pengulangan itu bukan tanpa alasan.  Banyak hikmah dan ibroh (pelajaran) yang dapat dipetik dari pengulangan kisah tersebut, di antaranya:
Pertama, untuk menunjukkan ketinggian sastra (balaghoh) yang dimiliki Al-Quran.
Karena di antara karakteristik ketinggian sastra ialah kemampuannya untuk mengungkapkan peristiwa maupun perkara yang hanya satu, dalam gambaran yang bermacam-macam.
Kedua, untuk memberikan perhatian yang besar terhadap kisah-kisah tersebut agar semakin meresap di dalam hati.4
Misalnya kisah antara Nabi Musa dan Fir'aun. Kisah tersebut merupakan simbol yang utuh dan abadi tentang perseteruan antara kekuatan yang haq dan kekuatan yang bathil sehingga diulangi berkali-kali dalam Al-Quran.  
Ketiga, karena kadang masing-masing pengulangan tersebut memiliki tujuan yang berbeda.
Misalnya, pada salah satu pengungkapan yang ditonjolkan adalah bagaimana seharusnya setia di jalan perjuangan. Sementara pada pengungkapan yang lain ditekankan pelajaran bagaimana akhir dari kebenaran dan kebathilan.





4.             Dalam disiplin psikologi, pengulangan, termasuk pengulangan kisah, sangat penting untuk menancapkan pendapat dan pikiran di dalam benaknya. Lihat. M.Usman Najati, Al-Quran dan Ilmu Jiwa, Terjemahan Ahmad Rofi’ Usmani (cet. Ke-2; Bandung: Pustaka, 1997) hlm. 192
·        Manfaat dari Kisah-kisah dalam Al-Quran
Jika kita benar-benar menghayati dan menyelami makna dari kisah-kisah yang diceritakan dalam Al-Quran maka akan terasa bagi kita bagaimana susunan kalimat yang digunakan tersebut begitu menyentuh kepada dasar yang paling dalam dari relung-relung hati dan perasan. Semua pertarungan tergambarkan dengan jelas. Peristiwa yang dialami pelaku-pelaku yang dikisahkan tersebut tergambarkan dengan jelas dan seakan bisa kita saksikan pada hari ini, betul-betul menguasai sudut dan ruang perasaan dan angan-angan.
Semua kisah yang disampaikan Allah di dalam Al-Quran pasti ada manfaatnya bagi semua umat manusia sampai akhir zaman. Beberapa manfaat yang dapat dipetik dari paparan kisah-kisah tersebut antara lain: 5
Pertama, untuk menerangkan asas dan landasan dakwah di jalan Allah, serta menjelaskan pilar-pilar umum dari syariat masing-masing Rasul yang diutus oleh Allah. Firman Allah, "Dan tidaklah Kami mengutus rasul-rasul sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwasanya Tidak ada Tuhan selain Aku, maka dari itu sembahlah Aku." (QS. Al-Anbiya': 25).
Kedua, untuk meneguhkan hati Rasulullah dan umatnya agar tetap berada dalam dienul Islam yang dibawa olehnya. Serta untuk menguatkan ketsiqahan dan kepercayaan orang-orang mukmin akan pertolongan dan bantuan tentara Allah yang haq adanya.
Ketiga, untuk  membenarkan  kenabian para  rasul   sebelum

5.             Hafizzatunnissa, Ummu, Artikel Jum’at- Mimbar Jum’at. (http://www.waspada.com,Nop.2007)
Muhammad dan melanggengkan pengingatan terhadap mereka serta mengabdikan kenangan dari perjalanan dakwah mereka.
Keempat, untuk menunjukkan kebenaran Nabi Muhammad beserta risalah dan dakwah yang dibawanya, sebagaimana diberitakan dan dibenarkan oleh para nabi sebelumnya.
Kelima, untuk menghadapi ahli kitab dengan hujjah yang nyata, atas apa-apa yang mereka sembunyikan dari petunjuk dan hidayah, serta menantang mereka tentang apa yang mereka miliki dalam kitab mereka sebelum terjadi penyimpangan dan penyelewengan yang mereka lakukan.

C.     PENUTUP

Demikianlah, ternyata kisah tentang sebuah peristiwa yang dikaitkan dengan sebab-sebab terjadinya serta dampak yang dihasilkan oleh peristiwa tersebut memang sangat enak di dengar. Maka dari itu, menasihati dengan menggambarkan kisah-kisah nyata dari penggalan kehidupan masa lalu untuk dijadikan pelajaran jauh lebih bisa menuai sasaran. Dan kisah-kisah yang penuh dengan kejujuran dan kebenaran dalam bahasa Arab, dengan kedalaman sastra serta memiliki ketinggian bahasa, namun mudah dicerna, hanya dimiliki oleh Al-Quran.
Demikian uraian tugas mata kuliah Ulumul Quran tentang Qshshash al Quran. Semoga bermanfaat untuk penulis pribadi khususnya, dan siapa pun pada umumnya.  Wallahu a'lam.
DAFTAR PUSTAKA
·        Supiana, M.Ag – Karman, M.Ag, M, ULUMUL QURAN Dan Pengenalan Metodologi Tafsir (Cet. Ke-1; Bandung: Pustaka Islamika, 2002)
·        Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya,(Edisi th 2002; Semarang: Pt. Karya Toha Putra, 2002)
·        Manna, al-Qathhan, Mabahitsfi ’Ulum Alquran.( Beirut : Muassasah al-Risalah,1994)
·        Usman Najati, M.  Al-Quran dan Ilmu Jiwa, Terjemahan Ahmad Rofi’ Usmani (Cet. Ke-2; Bandung: Pustaka, 1997)
·        Hafizzatunnissa, Ummu, Artikel Jum’at- Mimbar Jum’at. (http://www.waspada.com,Nop.2007
·        www.nuansaislam.com 

Tugas Makalah Pancasila

PANCASILA DALAM TATANAN KEHIDUPAN MASYARAKAT
BAB  I
I.1                    LATAR BELAKANG MASALAH
Akhir-akhir ini, sering kita melihat dan menyakasikan baik secara langsung ataupun melalui berita di media masa seperti koran, televisi dan lain-lain, banyak sekali kejadian-kejadian dalam masyarakat kita yang melenceng jauh dari norma-norma ‘ketimuran’ yang sudah lazim dijalankan oleh masyarakat bangsa Indonesia ini.
Contoh, sering kita menyaksikan di berita tentang kerusuhan antar masyarakat yang bermula dari rasa fanatisme sempit. Baik berawal dari kesukuan, latar belakang perbedaan pemikiran mengenai suatu hal, bahkan yang bermula dari latar belakang religi sekalipun. Tidak jarang juga kita saksikan ramainya berita tentang kekacauan ekonomi yang berdampak pada merosotnya rasa kesejahteraan yang dialami oleh masyarakat kita. Berita tentang korupsi baik pejabat publik yang berada dijajaran tinggi maupun dijajaran terrendah. Serta masih banyak deretan kejadian-kejadian yang yang, apabila ditelisik, sungguh sangat melenceng dari norma positif ‘ketimuran’.
Norma-norma positif ‘ketimuran’ ini layak bila kita sebut telah terrangkum dalam idiologi dan dasar bangsa ini, tidak lain adalah Pancasila. Semakin jauhnya masyarakat bangsda Indonesia dengan Pancasila, sepertinya akan jelas menimbulkan berbagai dampak negative yang nyata.

I. 2.   IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarakan beberapa hal tersebut di atas, dan tentunya banyak lagi hal-hal negative yang kita saksikan di masyarakat akhir-akhir ini, kita bisa melihat dan merasakan bahwa nilai-nilai luhur Pancasila perlahan-lahan mulai terlupakan baik secara sengaja ataupun tidak disengaja. Kita tidak bisa mencari-cari siapa yang salah mengenai hal ini. Pemerintahkah ? Para tokoh Masyarakatkah? Atau diri kita masing-masing sebagai masyarakat bangsa Indonesia tercinta ini. Tetapi, lebih arif rasanya apabila kita dapat mengintrospeksi diri kita masing-masing.
Maka dari itu marilah mulai dari sekarang kita asah kembali dalam kehidupan bermasyarakat ketajaman nilai-nilai luhur Pancasila, supaya semua cita-cita kita sebagai bangsa Indonesia dapat tercapai secara keseluruhan  sesuai dengan apa yang telah tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia.

BAB. II.    PEMBAHASAN PANCASILA DALAM TATANAN MASYARAKAT
            II.1.   Devinisi Pancasila 
Devinisi Pancasila menurut Kamus besar Bahasa Indonesia adalah dasar negara serta falsafah bangsa dan negara Republik Indonesia yg terdiri atas lima sila, yaitu (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) Kemanusiaan yang adil dan beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, dan (5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
            II.2.    Devinisi Tatanan Masyarakat
 Tatanan menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti aturan; tata tertib; system. Sedangkan Masyarakat berarti sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yg mereka anggap sama.
Jadi tatanan masyarakat adalah suatu aturan, tata tertib serta system yang terdapat dalam suatu kelompok manusia yang tersedia untuk mengatur kelompok manusia tersebut agar berjalan baik sesuai dengan tujuan system itu sendiri.
Dengan demikian, tatanan-tatanan tersebut akan terdapat berbagai macam cabang atau segi kehidupan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat tersebut, antara lain tentang Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, Pertahanan Keamanan dan masih banyak lagi segi-segi lain yang berhubungan dengan masyarakat.
Berikut akan saya bahas beberapa segi kehidupan dalam masyarakat yang seyogyanya Pancasila harus tetap andil di dalamnya.

II. 3. 1   Pancasila dalam Tatanan Masyarakat pada segi kehidupan Politik
            Dalam sistem politik negara harus mendasarkan pada kekuasaan yang bersumber pada penjelmaan hakikat manusia sebagai individu atau mahluk sosial yang terjelma sebagai rakyat. Selain sistem politik negara Pancasila memberikan dasar-dasar moralitas politik masyarakat atau Negara sekalipun. Drs. Moh. Hatta, menyatakan bahwa “ Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan Berdasarkan atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”. Hal ini menurutnya, memberikan dasar-dasar moral, supaya Negara atau masyarakat yang ingin berp[olitik tidak berdasarkan kekuasaan semata.
Dalam sila-sila Pancasila tersusun atas urut-urutan sistematis, bahwa dalam Berpolitik masyarakat harus mendasarkan pada kerakyatan (sila IV), adapun pengembangan dan aktualisasi politik Masyarakat  berdasarkan pada moralitas, berturut-turut mulai moral ketuhanan, moral kemanusiaan (sila II) dan moral persatuan, yaitu ikatan moralitas sebagai suatu bangsa atau Masyarakat (sila III). Adapaun aktualisasi dan pengembangan politik Masyarakat demi tercapainya keadilan dalam hidup masyarakat itu sendiri (Sila V).

 II.3.2    Pancasila dalam Tatatnan Masyarakat pada segi kehidupan Ekonomi
Dalam dunia ilmu ekonomi bisa dikatakan bahwa jarang ditemukan pakar ekonomi yang mendasarkan pemikiran pengembangan ekonomi atas dasar moralitas Kemanusiaan dan Ketuhanan. Sehingga lazimnya pengembangan ekonomi mengarah kepada persaingan bebas, dan akhirnya yang kuatlah yqang menang. Hal ini sebagai implikasi dari perkembangan ekonomi pada ahir abad ke-18 menumbuhkan ekonomi kapitalis.
Oleh karena itu kiranya menjadi sangat penting untuk mengembangkan system ekonomi yang berpihak dan berdasarkan pada moralitas humanistic atau ekonomi yang berkemanusiaan.
Atas dasar kenyataan tersebut maka ekonomi Pancasila lah yang tertepat untuk tidak menyengsarakan masyarakat karena ekonomi Pancasila berbasis moralitas kekeluargaan seluruh bangsa dan mendasarkan pada tujuan demi kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh serta tidak hanya mengejar pertumbuhan semata dengan mengabaikan moral kemanusiaan.
Ekonomi Panacasila jelas mnghindarkan diri dari pengembangan ekonomi yang hanya mendasarkan pada persaingan bebas, monopoli dan lainnya yang menimbulkkan penderitaan pada manusia, menimbulkan penindasan atas manusia yang satu dengan manusia yang lain.
Pengembangan ekonomi tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai moral kemanusiaan. (Mubyarto, 1999)

II.3.3     Pancasila dalam Tatanan Masyarakat pada segi kehidupan Sosial Budaya
Keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia kita harus dapat menciptakan aktualisasi pancasila tersebut dibidang ini. Karena pengaruhnya yang sangat besar terhadap pemersatu bangsa.oleh sebab itu pengendalian social budaya di Indonesia hendaklah dikondisikan dengan tepat dan diseimbangkan dalam tatanan kehidupan, bukan sebagai suatu warisan dari generasi ke generasi, serta penguatkan kembali proses integrasi nasional baik secara vertical maupun horizontal.
            Bangsa yang memiliki beragam jenis budaya harus terus dilestarikan dan jangan malah dijadikan salah satu perbedaan. Karena kekukuhan bangsa Indonesia adalah bhineka tunggal ika. Semua perbedaan dijadikan kekayaan dari bangsa Indonesia.dan pengalaman pancasila dapat diwujudkan dibidang ini.
Pengembangan sosial budaya harus dapat mengangkat nilai – nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai berikut :
  • Masyarakat harus menghormati martabatnya sebagai manusia
  • Masyarakat diperlakukan secara manusiawi dan adil sebagaimana tertuang dalam pancasila, sila ke 5 yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
  • Mendapatkan kesejahteraan yang layak bagi manusia
  • Masyarakat mempunyai jiwa solidaritas terhadap sesama
“Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, moral, hukum, adat-istiadat dan lain kemampuan serta kebiasaan - kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat”
(Soerjono Soekanto, 2005: 172).
Begitu luasnya cakupan kebudayaan tetapi dalam pengamalan Pancasila kebudayaan bangsa Indonesia adalah budaya ketimuran, yang sangat menjunjung tinggi sopan santun, ramah tamah, kesusilaan dan lain-lain.
Budaya Indonesia memang mengalami perkembangan misalnya dalam hal Iptek dan pola hidup, perubahan dan perkembangan ini didapat dari kebudayaan asing yang berhasil masuk dan diterima oleh bangsa Indonesia.
Semua kebudayaan asing yang diterima adalah kebudayaan yang masih sejalan dengan Pancasila. Walaupun begitu tidak jarang kebudayaan yang jelas-jelas bertentangan dengan budaya Indonesia dapat berkembang di Indonesia.
Seperti terjadinya pergeseran gaya hidup (life style) yang oleh sejumlah pakar gejala ini termasuk jenis kemiskinan sosial-budaya. Beberapa indikasi dapat dikemukakan di sini, antara lain: manusia hidup cenderung materialistik dan individualistik, menurunnya rasa solidaritas, persaudaraan, rasa senasib-sepenanggungan, keharusan mengganti mata pencaharian, pelecehan terhadap institusi adat, dan bahkan pengikisan terhadap nilai - nilai tertentu ajaran agama.
Mestinya kondisi ini tidak perlu terjadi pada bangsa yang dikenal ramah, santun, dan religius. 
Ini menunjukan bahwa filter Pancasila tidak berperan optimal, itu terjadi karena pengamalan Pancasila tidak sepenuhnya dilakukan oleh bangsa Indonesia.

II.3.4   Pancasila dalam Tatanan Masyarakat pada segi kehidupan Pertahanan Keamanan
Dalam masyarakat yang heterogen, menjadi mengedepan bagaimana etika dan tata krama yang santun dan dewasa bagi penyelesaian perbedaan pendapat dan kepentingan di antara masyarakat yang aspirasinya beragam, secara damai, etis, kritis dan dewasa serta mendidik. Mengelola perbedaan itu, justru perlu untuk menumbuhkan dinamika dalam suasana yang demokratis.
Pancasila juga menawarkan interelasi dan interaksi antar golongan di dalam masyarakat guna memperkukuh solidaritas sosial dalam rangka menghadapi segenap tantangan dan bahaya yang mengancam, sehingga tercipta kehidupan yang harmoni baik di lingkungan lokal dan nasional maupun dalam fora regional dan modial.
Pengembangan Hankam negara tetap bertumpu dan berpegang pada pendekatan historis Sishankamrata.
Sishankamrata yang kita anut selama ini adalah sistem pertahanan dan keamanan negara yuang hakikatnya adalah perlawanan rakyat semesta. Dalam arti bahwa kemampuan penangkalan yang diwujudkan oleh sistem ini, sepenuhnya disandarkan kepada partisipasi, semangat dan tekat rakyat yang diwujudkan dengan kemampuan bela negara yang dapat diandalkan.
Kesemestaan harus dibina sehingga seluruh kemampuan nasional dimungkinkan untuk dilibatkan guna menanggulangi setiap bentuk ancaman, baik yang datang dari dalam maupun luar negeri. .
Seluruh wilayah merupakan tumpuan perlawanan dan segenap lingkungan harus dapat didayagunakan untuk mendukung setiap bentuk dan kesemestaan, memang menuntut pemanduan upaya lintas sektoral serta pemahaman dari semua pihak, baik yang berada di suprastruktur politik maupun di infrastruktur politik.

BAB . III Kesimpulan & Saran-saran
III. 1.   Kesimpulan
Dari beberapa uraian dia atas jelaslah bahwa pengakaran Nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia masih harus terus diupayakan.  Karena semua nilai-nilai yang tercantum dalam Pancasila benar-benar bisa mewakili seluruh aspek kehidupan dalam masyarakat Indonesia. Serta sesuai dengan kondisi Kultur, Ekonomi, Sosial Budaya, Politik, Pertahanan Keamanan, Reilgius, Adat-istiadat dan lain-lain
Karena semakin mudahnya komunikasi dan semakin derasnya arus  informasi baik yang positif maupun Negatif yang terus terkonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Maka hal tersebut berakibat pada bergesernya cara hidup dan semakin banyak masuknya pandangan-pandangan hidup dalam bermasyarakat dari pengaruh-pengaruh luar yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Oleh karena itu, harus ada tindakan lebih lanjut agar budaya bangsa Indonesia Kembali mengikuti jalur-jalur yang sesuai dengan Pancasila.
Pembudayaan Pancasila tidak hanya pada kulit luar budaya misalnya hanya pada tingkat propaganda, pengenalan serta pemasyarakatan akan tetapi sampai pada tingkat kemampuan mental kejiwaan manusia yaitu sampai pada tingkat akal, rasa dan kehendak manusia.

III.2.   Saran-saran
III.2.1   
Dunia pendidikan harus terus berupaya memodifikasi cara-cara pengajaran tentang Pancasila dalam lingkupnya supaya lebih bisa menyerap dalammental kejiwaaan, akal, rasa, serta kehendak peserta didiknya.
III.2.2   
Tokoh Masyarakat berperan aktif dalam menghujamkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam segala segi kehidupan bermasyarakat.
III.2.3 
Semua Elemen Bangsa dari tingkat individu sampai tingkat bangsa harus lebih sadar diri akan arti penting nilai-nilai luhur Pancasila.


Daftar Pustaka